Posts

Ever Happened

Sepertinya terasa berat dan tidak akan mampu untuk dilalui, begitu pikirku. Memikirkannya hanya membuat dada sesak dan mata panas. Hingga aku berasumsi, bahwa aku tidak bisa membayangkannya terjadi padaku. Aku memilih di zona nyaman, agar hati ini tidak sesak. Jujur kuakui aku takut. . . Namun semuanya terjadi, nyaris segalanya terjadi. Hari pertama, semuanya terkesan baik-baik saja, namun sampailah pada satu titik bahwa dada ini teramat sesak dan tidak lagi mempu menampung emosi dalam diri ini. Air mata tumpah tanpa mampu aku cegah. Suara isakan mengiringi pemikiran yang berkelana, rasa sesal, marah, bersalah, semuanya bersatu.  . . Hanya pada Allah lah aku mencoba mengadu, karena aku tau tempat terbaik hanyalah disisi-Nya.  . . Semuanya terjadi begitu cepat dan dalam waktu yang bersamaan. Aku hanya memaksa diri untuk terdiam dan terus mencari cara agar bisa terdisraksi dengan baik, terdistraksi sehingga aku tetap fokus dalam kebaikan, melupakan semuanya....

Semuanya

Semuanya akan berlalu, baik keadaan yang menurut mu baik ataupun buruk. Roda kehidupan akan selalu berputar sebagaimana mestinya, jadi akan selalu ada masa menyenangkan dan masa sulit/menyedihkan. Semuanya harus dihadapi, baik itu kejadian baik atau kejadian buruk Lantas apa lagi yang dibutuhkan selain berbuat dengan semaksimal mungkin Lantas mengapa tidak mencoba mencari pembelajaran terbaik di dalamnya . . Namun semuanya seperti kaku, baik pikiran dan tubuh ini. .

Proses

Dari kecil aku diajarkan bahwa segala sesuatu, membutuhkan proses. Aku paham itu, dan aku membenarkan bahwa proses jauh lebih baik dari hasil, sehingga fokuslah pada proses bukan pada hasil. Hal ini membenarkan kalimat,  . proses menjadi hal yang utama dibandingkan hasil.  . Sejak SMA dan berlanjut hingga kuliah, betapa aku geram dengan teman-temanku yang sibuk mencontek. Aku marah karena mereka yang hanya peduli hasil, dan tidak mau bersusah payah melewati prosesnya. Sebersit rasa kesal dan benci muncul, terpampang jelas dimuka ku. Hingga terkadang aku muak, dan mulai memberikan label buruk kepada mereka.  . waktu berlalu, kini aku tidak lagi di bangku pendidikan, aku mulai memasuki masyarakat. . Ternyata kudapati diriku tidak lagi fokus pada proses, aku mulai hilang arah, hingga sampailah pada suatu kejadian besar yang harus membuat mataku kembali sadar, kembali mengingat, masa lalu dimana proses menjadi hal yang sangat aku hargai, bagaimana hasil yang kud...

Comfort Zone

Akhir 2018, waktu yang tepat untuk mencoba merenung memaknai apa yang terjadi setahun kemarin. Waktu berlalu begitu cepat,

Leave or/and Left

Meninggalkan memang terkadang mudah  karena tidak sesulit mengingat  hanya perlu sejumlah waktu dan kesibukan  dan kamu pasti mampu melakukannya  Namun, masih ada yang menganggap itu sulit  padahal pada saat eksekusi pasti mudah  hanya masalah presepsi di awal saja  percayalah padaku  pahami dengan baik ingat tujuan dan pengharapan  Insya Allah akan mudah bagiku meninggalkan hanyalah sebatas presepsi -sekian  

twenty two

//Usiaku 22 tahun// . Sebagian orang mengatakan bahwa usiaku masih muda (terutama orang di kantor), sehingga wajar saja katanya masih belum tau ini dan itu, jadi masih harus terus belajar, kemudian masih tidak tahu dunia luar (pasca kampus) karena baru lulus kuliah, dsb. Meskipun terkadang, aku merasa sudah berumur (jika dibandingkan dengan anak berseragam) . lantas kenapa memangnya kalau sudah usia 22 tahun ? . Sudah selayaknya aku dan anak seusiaku terus berpacu pada target hidup masing-masing. Target yang terkadang perlu diubah, namun tetap harus di-set dan dipantau supaya tidak salah jalan. . Ada satu hal yang paling kucoba terus kuingat dalam menjalani hidup di usia 22 ini adalah : . Teruslah bermimpi besar and fight for it . Hidup ini kita yang jalani, every second of it . Bukan orang tua, saudara, teman, guru, mentor, dsb. Kita yang jalani hidup ini, jadi targetkan dengan jelas, kalau bisa sedetail mungkin. Terkadang kita harus tahu kapan harus membuka telinga dan m...

Setengah Kosong

Jadilah manusia dengan mindset gelas setengah kosong, jadi terus berkeinginan untuk mengisi (belajar), menambah pengetahuan dan kemampuan diri.  . Lulus kuliah dan melanjutkan kehidupan, membuka pintu gerbang lain merupakan hal yang tidak terelakkan lagi bagi gue sekarang. “ Belajar tidak akan berhenti hingga tiba saatnya kita masuk liang lahat ” itu memang bener banget adanya.  . Bagi gue yang udah memasuki usia 22 tahun, belajar menjadi proses yang tidak terpisahkan, entah itu dari pekerjaan di kantor, bisnis rintisan, belum lagi peran di lingkungan sekitar (sebagai anak, kakak, adik, saudara, temen, staff, dll).  . Kesadaran diri sendiri akan kebutuhan ilmu itulah yang menyebabkan gue terus memaksa diri sendiri untuk belajar hal baru. . Bekerja di kantor, gue menemukan hal baru itu tidak terhitung banyaknya. Dari background yang cuma teknik lingkungan dengan segelintir ilmu sipil, gue berhadapan dengan ilmu teknik mesin, teknik elektro, ilmu teknik sipil lebih ...