Lulus
Liburan semester lalu, aku ingin lulus bukan di semester ini, tapi semester depan. Dengan alasan yang sudah kurancang, aku memilih untuk tidak wisuda di semester ini. (Padahal pernah bermimpi lulus cepet)
.
Alasannya ?
.
Aku belum siap lulus, masih banyak yang ingin aku lakukan sebagai mahasiswa, masih banyak pencapaian yang belum dicapai. Keingetnya cuma ngabisin waktu untuk hal-hal tidak bermanfaat, sampai tidak terasa udah tahun terkahir.
.
Tapi aku cuma bisa merencanakan, bukan yang menentukan bagaimana jalannya.
.
Dengan perasaan itulah aku sampaikan maksud dan keinginanku pada dosen pembimbing dan orang tua (re: abi). Namun dari keduanya aku mendapat penolakan. Mereka ingin aku menyelesaikan skripsi semester ini. Aku sempat bingung, kok keputusan aku ditolak, kan harusnya bagus kalau seseorang punya keinginan untuk berbuat lebih sebagai mahasiswa.
.
Intinya aku mengerjakan skripsi dengan ogah-ogahan awalnya. Stress kalau ngerjain skripsi, ga nafsu ngapa2in. Tiap hari ke kampus bawaannya mager karena pasti urusannya seminar+skripsi. Trus juga bawaannya jadi suka emosian aja, nafsu makan turun drastis, lebih banyak tidur ketimbang bangunnya, ketemu temen ketawa-ketiwi trus sampe rumah cuma ngurung diri di kamar.
.
Tidur aku anggap sebagai pelarian yang paling ampuh di semester ini.
.
Sering sedih kalau di kampus, karena merasa bahwa inilah semester terkahir. Jadinya suka menghindar aja dari keramaian, huru-hara temen2.
.
Tapi aku mulai tersadar, apapun keputusan yang diambil, aku tetap harus mengerjakan semuanya dengan baik dan maksimal. Ingat, jadikan setiap keputusan sebagai kenangan indah karena kerja keras yang kita lakukan. Ada banyak pikiran2 yang masuk sehingga menyadarkanku akan sikap ogah2an akan mengerjakan skripsi.
.
Aku mulai berubah sedikit demi sedikit, mulai mengupayakan rasa semangat untuk mulai menggarap skripsi, nge-lab, nulis bagian hasil dan pembahasan. Intinya aku hanya ingin mengingat kejadian ini dengan bahagia karena aku berhasil melawan rasa malasku.
.
Air mata yang keluar ketika keluar dari ruang sidang, seperti menjawab semuanya
.
Alasannya ?
.
Aku belum siap lulus, masih banyak yang ingin aku lakukan sebagai mahasiswa, masih banyak pencapaian yang belum dicapai. Keingetnya cuma ngabisin waktu untuk hal-hal tidak bermanfaat, sampai tidak terasa udah tahun terkahir.
.
Tapi aku cuma bisa merencanakan, bukan yang menentukan bagaimana jalannya.
.
Dengan perasaan itulah aku sampaikan maksud dan keinginanku pada dosen pembimbing dan orang tua (re: abi). Namun dari keduanya aku mendapat penolakan. Mereka ingin aku menyelesaikan skripsi semester ini. Aku sempat bingung, kok keputusan aku ditolak, kan harusnya bagus kalau seseorang punya keinginan untuk berbuat lebih sebagai mahasiswa.
.
Intinya aku mengerjakan skripsi dengan ogah-ogahan awalnya. Stress kalau ngerjain skripsi, ga nafsu ngapa2in. Tiap hari ke kampus bawaannya mager karena pasti urusannya seminar+skripsi. Trus juga bawaannya jadi suka emosian aja, nafsu makan turun drastis, lebih banyak tidur ketimbang bangunnya, ketemu temen ketawa-ketiwi trus sampe rumah cuma ngurung diri di kamar.
.
Tidur aku anggap sebagai pelarian yang paling ampuh di semester ini.
.
Sering sedih kalau di kampus, karena merasa bahwa inilah semester terkahir. Jadinya suka menghindar aja dari keramaian, huru-hara temen2.
.
Tapi aku mulai tersadar, apapun keputusan yang diambil, aku tetap harus mengerjakan semuanya dengan baik dan maksimal. Ingat, jadikan setiap keputusan sebagai kenangan indah karena kerja keras yang kita lakukan. Ada banyak pikiran2 yang masuk sehingga menyadarkanku akan sikap ogah2an akan mengerjakan skripsi.
.
Aku mulai berubah sedikit demi sedikit, mulai mengupayakan rasa semangat untuk mulai menggarap skripsi, nge-lab, nulis bagian hasil dan pembahasan. Intinya aku hanya ingin mengingat kejadian ini dengan bahagia karena aku berhasil melawan rasa malasku.
.
Air mata yang keluar ketika keluar dari ruang sidang, seperti menjawab semuanya
Comments
Post a Comment